TERIMA KASIH SUDAH MENGUNJUNGI BLOG INI SILAHKAN DIBERI KOMENTAR/marquee>

Minggu, 10 April 2011

Energi Untuk Otak


Berat otak yang hanya 2 persen dari tubuh manusia, ternyata membutuhkan 20 persen dari total energi yang harus diasup oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, jika manusia kekurangan energi, maka tidak hanya berakibat pada tidak optimalnya aktivitas fisik, namun juga kemampuan otak. Sedangkan selama ini, pemahaman mengenai kebutuhan energi cenderung hanya mengarah pada konteks kebutuhan fisik saja.

Pada anak-anak, seperti dikutip dari penelitian Chugani HT, dkk yang dipublikasikan dalam jurnal Neurodevelopmental Neuroimaging tahun 1996 menyatakan bahwa otak anak berusia 4 sampai 12 tahun membutuhkan lebih banyak energi untuk aktivitas kesehariannya dibanding orang dewasa. Terlebih, anak-anak masih berada dalam tahap perkembangan dan pembelajaran sebelum menjadi dewasa. Oleh karena itu, kurangnya pasokan energi dapat mengakibatkan berbagai hal, seperti berkurangnya fokus belajar dan terhambatnya kemampuan berfikir anak ataupun kurang berkembangnya kreativitas mereka. "Sebagai contoh, anak yang tidak sarapan memiliki daya konsentrasi lebih rendah dibandingkan anak yang rajin sarapan," ujar Brata T. Hardjosubroto, dari PT Nestle Indonesia dalam acara yang diselenggarakan perusahaannya bertajuk "Berfikir Pun Butuh Energi".

Pakar psikologi anak, Elly Risman, Psi mengatakan, bahwa menyiapkan anak agar tangguh di dunia yang sarat persaingan memang berawal dari bagaimana orang tuanya memastikan asupan energi yang cukup atau gizi fisik. Di pagi hari, sarapan memegang peranan yang penting untuk aktivitas anak. "Bila pagi hari asupan energi tak memadai bagaimana anak-anak akan mampu beraktifitas dan berfikir?" ujar Elly.

Lebih lanjut Elly mengatakan, bahwa anak-anak juga membutuhkan pendampingan orang tua dan pola komunikasi yang tepat (gizi jiwa) dan hadirnya Tuhan dalam diri anak atau gizi spiritual.

0 komentar:

Posting Komentar